Dalam cerita pewayangan Jawa, dikisahkan Kumbakarna adalah seorang ksatria bangsa raksasa yang hidup pada masa kejayaan Prabu Sri Rama dari kerajaan Ayodya. Di setiap kisah pewayangan, raksasa biasanya dikisahkan sebagai pribadi yang jahat dan selalu menjadi tokoh antagonis. Namun Kumbakarna merupakan seorang raksasa dengan kepribadian dan jiwa patriot yang sangat luhur.
Berawal dari perseteruan kerajaan Alengka dan kerajaan Ayodya dimana hal tersebut pada dasarnya hanyalah sebuah kesalah pahaman. Negeri Ayodya berpendapat bahwa Rahwana di berada di Alengka karena diculiknya Dewi Shinta yang menjadi istri dari Sri Rama. Namun kerajaan Alengka sendiri berpendapat bahwa Dewi Shinta sengaja menjadi umpan kepada Rahwana agar negeri Ayodya memiliki alasan menyerang dan menguasai Alengka.
Di sisi lain, Kumbakarna sedang mengalami kutukan tidur panjang akibat kesalahannya mengucap mantra. Mantra tersebut diucapkan dengan kelu karena salah tingkahnya ketika berhadapan dengan kecantikan dari Dewi Saraswati. Sejak saat itu, ia pun tertidur panjang.
Selama Kumbakarna tertidur dalam mantranya, ternyata Kerajaan Alengka ternyata diserang oleh Ayodya. Negeri Ayodya yang dipimpin oleh Sri Rama ternyata dibantu oleh pasukan kera pimpinan Hanoman. Rahwana pun bingung dan berniat membangunkan Kumbakarna demi menghadapi pasukan Ayodya.
Kumbakarna pun dibangunkan dengan menggunakan beberapa gajah. Sesaat ia bangun, ia pun diceritakan oleh Rahwana perihal kejadian yang melanda Alengka. Kumbakarna pada dasarnya tidak memihak kepada Rahwana. Ia yakin sang kakak melakukan sebuah kekalahan. Namun pada akhirnya, Kumbakarna yang berjiwa patriot menyanggupi permintaan kakaknya demi membela negeri Alengka.
Kumbakarna pun melakukan perlawanan demi keutuhan Alengka. Ia pun langsung berada di garis depan dengan memimpin pasukan Alengka. Ia pun langsung berhadapan dengan Sri Rama. Pertempuran itu tidak dilandasi Kumbakarna dengan rasa benci terhadap Sri Rama, melainkan semangat nasionalisme nya terhadap negeri Alengka. Semua ksatria Ayodya yang terluka dan mati ditangan Kumbakarna, ia perlakukan dengan hormat dan menjunjung tinggi sikap ksatria sebagai sesama patriot.
Namun, jiwa ksatria Kumbakarna pun harus berujung tragis dengan kematiannya saat menghadapi Sri Rama. Sri Rama menyerang tangan, kaki serta leher Kumbakarna yang akhirnya menggugurkannya dari medan perang. Di hari kematian Kumbakarna, Sri Rama pun mengibarkan gencatan senjata sebagai sikap hormatnya terhadap Kumbakarna yang sangat patriotis.
Kumbakarna memang raksasa yang memiliki jiwa patriot serta ksatria yang tinggi. Tanggung jawab kepada negeri yang ia cintai ia tunjukan dengan berada di garis terdepan saat negerinya terancam. Kumbakarna juga menjadi contoh teladan bagi setiap patriot yang membela negara dan bangsanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar